Hey guys!!! Salam I-mad
Kenapa sih, tahun 2015 ini sma imm gak ada yang
lewat SNMPTN?
Ayo guys, jangan berpikir negatif dulu. Mari kita cari apa
sih itu SNMPTN dan bagaimana sistem penilaiannya.
PENGERTIAN
SNMPTN adalah kepanjangan Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
UPDATE : Mekanisme penerimaan Mahasiswa Baru di
Perguruan Tinggi Negeri sudah berubah. Tapi perubahan itu pada mekanisme
sistem pendaftarannya. Sedangkan sistem penilaian saringan masuk melalui
test tertulis masih belum berubah sejak perubahan di tahun 2009. Sehingga
khusus terkait dengan sistem penilaian Saringan Masuk secara tertulis, saya
pikir postingn ini masih cukup relevan untuk disimak :
Selama ini, proses
seleksi SNMPTN telah menjadi suatu misteri sehingga banyak orang yang
beranggapan bahwa lulus tidaknya seseorang dalam SNMPTN ditentukan oleh faktor
nasib. Peserta hanya membayar, mendaftar, mengikuti ujian dan akhirnya
menerima hasil. Sebagian besar peserta tidak mengetahui proses apa yang
akan dilakukan panitia SNMPTN terhadap Formulir Pendaftaran dan Lembar Jawaban
yang telah mereka isi hingga pengumuman hasil SNMPTN. Hal ini diperparah
oleh keterbatasan informasi mengenai SNMPTN sehingga banyak peserta yang tidak
lolos sering menjadikan proses ini sebagai kambing hitam apalagi ketika melihat
temannya yang menurut dia kemampuannya lebih rendah malah diterima/lolos.
Bisa jadi banyak peserta bertanya-tanya kenapa nggak
diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) , padahal termasuk siswa yang selalu
masuk ranking dikelasnya. Tapi Entis Surentis teman sekelasnya yang
biasa-biasa saja malah diterima di PTN yang dipilihnya melalui
SNMPTN. Mungkin postingan ini bisa membantu menjawab misteri
SNMPTN. Tulisan ini diambil dari beberapa sumber dengan maksud
sebagai bahan evaluasi diri, paling tidak bagi adik-adik yang akan
mengikuti SNMPTN akan lebih bisa mempersiapkan diri untuk bertarung
memperoleh kursi di PTN yang diminatinya.
Tentu saja paling utama untuk bisa lolos SNMPTN adalah
kesiapan diri baik mental maupun akademik, termasuk memahami sistem
penilaiannya. Saya pikir itu berlaku untuk semua ujian, evaluasi,
monitoring. Artinya bagi yang di uji, yang dimonitoring, maupun yang
dievaluasi mesti tahu betul sistem, kriteria, dan materi penialaiannya.
Apabila kita tidak tahu dan paham maka hampir dapat dipastikan kita nggak akan
lolos karena kita tidak tahu apa yang mesti dipersiapkan.
SISTEM
PENILAIAN SNMPTN
Sistem Penilaian SNMPTN tahun-tahun sebelum 2009
menggunakan SISTEM NILAI MENTAH yaitu mengakumulasikan jumlah nilai dari mata
pelajaran yang diujikan secara total. Sedangkan sistem penilaian SNMPTN
mulai tahun 2010 memberlakukan SISTEM PERSENTIL yaitu penlaian per
mata pelajaran yang diujikan secara terpisah. Dengan system persentil
peserta SNMPTN harus mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan karena
semua hasil tes akan diperiksa dan dinilai secara terpisah. Penggunaan
system penilaian tersebut mempunyai dampak yang berbeda dalam menentukan siapa
yang akan lolos SNMPTN.
Sebelum tahun 2009, pada saat menggunakan system NILAI
MENTAH banyak peserta yang lolos atau diterima oleh satu program
studi/jurusan di PTN dengan hanya mengandalkan satu mata pelajaran yang dianggap
paling dikuasainya. Sedangkan mata pelajaran lain tidak dijawab satupun
dalam lembar jawaban (kosong). Oleh sebab itu banyak peserta/siswa dari
Jurusan IPA lolos (diterima) di Akuntansi UI atau Fikom Unpad, karena
mereka mengandalkan kemampuan di matematika, sementara pelajaran Ekonominya
jelek bahkan mungkin tidak diisi/dikosongkan untuk menghindari nilai
minus. Namun demikian bukan berarti yang lolos SNMPTN adalah peserta yang
mengisi seluruh mata pelajaran dengan 100% benar jawabannya. menurut saya
sangatlah sulit (mendekati tidak mungkin !) peserta SNMPTN mampu mengisi
seluruh soal dengan benar 100%, (kecuali jenius he..he). Jika
kita termasuk orang biasa-biasa dan tidak jenius, maka strategi mutlak
diperlukan selain mempersiapkan kemampuan akademik (yang terbatas itu…he..he)
Sejak tahun 2009 SNMPTN telah menggunakan penilaian
dengan sistem persentil. Sistem penilaian presentil menghendaki peserta
mengerjakan semua mata pelajaran yang diujikan. Tindakan pengosongan jawaban
satu atau dua mata pelajaran saja maka akan dinyatakan sebagai NILAI MATI dan
dapat dipastikan peserta tidak akan lolos seleksi . Dapat difahami tujuan dari
pemberlakukan sistem persentil adalah untuk menjaring para peserta SNMPTN yang
memiliki kemampuan lebih komprehensif artinya tidak hanya mengandalkan satu
atau dua mata pelajaran yang di ujikan. Dari penilaian secara terpisah
tersebut nantinya akan diberikan rangking dan peserta yang rangking
rata-ratanya bagus di semua mata pelajaran yang diujikan berpeluang besar untuk
lolos. Pokoknya, jangan sekali-kali mengosongkan jawaban satu matapelajaranpun,
jawablah minimal satu pertanyaan tapi benar.
TES BIDANG STUDI PREDIKTIF (TBSP)
Perlu dipahami pula bahwa setiap bidang studi (mata
pelajaran) Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) di nilai berdasarkan
aturan, sebagai berikut :
·
Apabila jawaban betul
dikalikan 4 (empat)
·
Apabila jawaban salah
dikali -1. (minus satu),
·
Apabila tidak dijawab
dikalikan 0 (nol).
Dengan aturan
tersebut maka jangan menjawab asal-asalan atau menjawab tapi tidak yakin bahwa
jawabannya benar. Carilah pertanyaan lain yang dapat dijawab dengan
benar (lebih baik satu
jawaban benar dari pada banyak menjawab tapi salah).
Berikut ilustrasi jawaban dari dua orang peserta :
Soal No.
|
Peserta A
|
Peserta B
|
||
Jawaban
|
Skor
|
Jawaban
|
Skor
|
|
1
|
Benar
|
4
|
Benar
|
4
|
2
|
Benar
|
4
|
Kosong
|
0
|
3
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
4
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
5
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
6
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
7
|
Salah
|
-1
|
Kosong
|
0
|
Jumlah
|
3
|
4
|
Dari ilustrasi di atas bahwa kita jangan
terlalu bernafsu menjawab tapi tidak yakin jika jawaban kita benar.
Walaupun peserta A mampu menjawab lebih banyak namun banyak yang jawabannya
salah. (benar 2 dan salah 5) sehingga skor totalnya hanya 3. Oleh sebab
itu jangan berspekulasi. Peserta B, walaupun hanya menjawab 1 benar, namun
tidak bersepekulasi menjawab soal lainnya. sehingga skor totalnya 4 (lebih
tinggi dari peserta A). Oleh sebab itu jawablah pertanyaan jika
dianggap mampu menjawab dengan benar, lebih baik lewat dulu
pertanyaan sulit. Jangan terbawa penasaran sehingga menghabiskan waktu
untuk mengutak-ngatik soal dan jawaban.
Kontribusi atau bobot TBSP terhadap total skore adalah
70% (0,7), Apabila jumlah yang diujikan 7 matapelajaran maka
masing-masing matapelajaran mempunyai bobot 70% : 7 = 10 % (0,1).
Sedangkan sisanya yang 30 % untuk bobot Tes Potensi Akademik (TPA)
Setelah skor didapat, maka dilakukan pembobotan
hasil TBSP masing-masing matapelajaran dikali 0,1 (total 70%, karena ada
7 bidang studi). Inilah yang disebut sebagai nilai mentah (raw score).
Dari skor ini peserta mendapatkan rangking per bidang studi di program
studi yang dipilihnya.
Berikut ilustrasi sederhana perbedaan sistem penilaian
persentil dengan sistem nilai mentah :
Contoh Perhitungan dengan Sistem NILAI MENTAH
Misal ada 3 siswa Cecep, Entis, dan Aep dengan nilai
sbb:
Nama
|
Pelajaran 1
|
Rank
|
Pelajaran 2
|
Rank
|
Pelajaran 3
|
Rank
|
Total
|
Cecep
|
100
|
1
|
10
|
3
|
10
|
3
|
120
|
Entis
|
30
|
2
|
30
|
2
|
30
|
2
|
90
|
Aep
|
10
|
3
|
50
|
1
|
50
|
1
|
110
|
Menurut cara lama (NILAI MENTAH) urutan kelulusan
didasarkan skor total, dalam hal ini
1. Cecep (120)
2. Aep (110)
3 .Entis (90)
Menurut Sistem NILAI MENTAH, Jika jumlah kapasitas
yang dapat diterima 2 orang, maka yang akan lulus adalah Cecep dan
Aep. (Perhatikan ! Rangking Nilai/skor setiap mata pelajaran tidak
diperhitungkan)
Menurut SISTEM PERSENTIL, setiap pelajaran siswa akan
diranking. dan diberi NILAI BOBOT dengan rumus sebagai berikut :
100 kali (1–(rangking/jumlah perserta)
Nama
|
rankpel 1
|
nilai pel 1
|
rankpel 2
|
nilai pel 2
|
rank pel 3
|
nilai pel 3
|
TotalSkor
|
|
Cecep
|
1
|
100 x (1- 1/3)= 67
|
3
|
100 x (1- 3/3)= 0
|
3
|
100 x (1- 3/3)= 0
|
67
|
|
Aep
|
2
|
100 x (1- 2/3)= 33
|
2
|
100 x (1- 2/3)= 33
|
2
|
100 x (1- 2/3)= 33
|
99
|
|
Entis
|
3
|
100 x (1- 3/3)= 0
|
1
|
100 x (1- 1/3)= 67
|
1
|
100 x (1- 1/3)= 67
|
134
|
|
Dengan sistem persentil ternyata urutan terbaik adalah
1. Entis (134)
2. Aep (99)
3. Cecep (67)
Menurut SISTEM PERSENTIL, jika jumlah kapasitas yang
dapat diterima 2 orang, maka yang akan lulus adalah Entis dan Aep.
Berdasarkan penilaian
secara terpisah itu, hasil tes akan diberikan rangking. Coba perhatikan ! Entis
misalnya, pada sistem NILAI MENTAH dia memperoleh total skor yang paling
rendah. Jika sistem nilai mentah Entis “TIDAK
LOLOS”. Namun dengan sistem PRESENTIL justru
Entis “LOLOS” Kenapa
? Karena Entis mempunyai ranking yang relatif stabil disetiap matapelajaran
yaitu rangking 2 di semua matapelajaran. Berbeda dengan Cecep, walaupun pada
sistem nilai mentah dia LOLOS (karena
mempunyai skor mentah tertinggi), Namun dengan sistem presentil Cecep malah “TIDAK LOLOS”
Kenapa ? Karena Cecep hanya mengandalkan Mata pelajaran A (rangking 1)
sedangkan mata pelajaran lainnya diabaikan (mempunyai rangking 3).
Artinya, peserta dengan rangking rata-ratanya
tinggi di semua mata pelajaran yang diujikan akan berpeluang besar lolos
SNMPTN. Oleh sebab itu Jika tidak bisa tinggi semua…yaaaa paling tidak stabil
di semua mata pelajaran.
Ilustrasi diatas
mudah-mudahan mampu menjelaskan misteri, kenapa teman kalian yang tidak diperhitungkan
kepintarannya ketika di SMA malah LOLOS di
SNMPTN.
Informasi sistem penilaian presentil inilah yang tidak
semua calon peserta mengetahuinya. Sehingga menganggap bahwa temannya yang
tidak mempunyai kemampuan “mumpuni” malah lolos di SNMPTN. Saya tidak
menyatakan bahwa teman anda yang dianggap “tidak mumpuni” itu mendadak pinter
ketika ikut SNMPTN atau “main mata dengan panitia. Tapi saya yakin dia
mempunyai strategi jitu untuk bisa lolos SNMPTN karena sadar nggak mungkin
mendadak pinter, tapi pasti dia Cerdas !
Tentu saja tujuan Panitia memberlakukan sistem
persentil itu adalah untuk menjaring/menyaring para peserta SNMPTN yang
memiliki kemampuan lebih komprehensif. Alasannya, banyak kasus yang telah
terjadi sebelumnya, di mana peserta yang lolos dan diterima di sebuah
jurusan/program studi di PTN ternyata tidak memiliki kemampuan yang mahir
sesuai jurusan yang dipilihnya.
Bagaimana kita memperoleh data pendaftar pada program
studi yang kita pilih pada tahun ini ? tentu saja tidak bisa, kita hanya
bisa memperoleh jumlah pendaftar tahun sebelumnya dengan cara
googling. jika sudah diperoleh maka kita bisa memprediksi seberapa besar
peluang untuk bisa lolos.
TES
POTENSI AKADEMIK
Selain TBSP, SNMPTN juga menambahkan satu
materi tes yaituTest Potensi Akademik (TPA) dengan bobot penilaian 30
persen. Bentuk TPA sendiri adalah tes kemampuan berpikir secara logis.
Tes tersebut berbeda dari psikotes yang harus ditangani khusus oleh
psikolog.
Pada dasarnya TPA bertujuan untuk menjaring peserta
SNMPTN dengan menekankan panilaian pada tiga poin, yaitu kemampuan komunikasi,
analisis, dan hitungan. TPA merupakan indikator panilaian intelegensia alamiah
peserta, selain untuk menjaring siswa yang betul-betul memiliki kemampuan yang
konprehensif melalui TPBSP.
Tes ini juga berguna sebagai indikator penilaian yang
bebas dari kontaminasi bimbingan belajar sebab kebanyakan siswa yang lulus dan
bisa mengerjakan soal tes hanya karena hapal rumus yang didapat saat bimbingan
belajar saja bukan murrni kemampuan berpikir sendiri. Test ini juga bertujuan
untuk menghindari peserta lolos tetapi tidak cocok dengan jurusan/program studi
yang dipilihnya.
Soal-soal TPA memang tidak secara khusus diajarkan di
Sekolah. Kemampuan menjawab TPA akan sangat bergantung pada pengetahuan umum
dan kebiasaan membaca diluar buku pelajaran, seperti majalah, koran,
berita TV dan lain-lain. Carilah contoh-contoh soal TPA agar anda
terbiasa menjawab secara benar dan cepat. Perlu dipahami pula bahwa
SNMPTN dirancang untuk menjaring calon mahasiswa yang selain pintar tapi juga
cerdas. Jika kita merasa nggak terlalu pintar…paling tidak harus cerdas laah !
(bukan cerdik yah..).
MATERI
SOAL
Materi soal untuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) dimungkinkan dibuat berbeda dari tahun ke tahun. Materi
soal yang bersifat prediktif tersebut nantinya akan menjadi acuan untuk bisa
mengetahui potensi calon mahasiswa sesuai program studi pilihannya. Bisa saja
materi soal SNMPTN tidak mengulang materi yang sudah diujikan pada Ujian
Nasional (UN) SMA/Sederajat. Soal-soal dibuat di luar kurikulum SMA/Sederajat
untuk bisa melihat kemampuan dan kelulusan siswa yang akan menimba ilmu di
bangku kuliah sesuai program studi yang dipilih.
Idealnya, semua matapelajaran TBSP dan TPA harus
bagus, namun apabila dilihat dari soal-soal yang dikeluarkan , saya malah
melihat tidak ada satu orang pesertapun yang akan mampu menjawab secara benar
seluruh soal yang diujikan dengan waktu sangat terbatas. Tanpa
bermaksud mengajak berspekulasi, bagaimanapun perlu dilakukan strategi dan
taktik agar bisa lolos dengan berbagai keterbatasan kemampuan yang ada pada
diri kita.
Dari uraian diatas beberapa catatan taktik dan
strategi yang perlu dilakukan :
1. Pahami betul kriteria penilaian dan aturan
main SNMPTN
2. Pelajarilah soal-soal SNMPTN tahun-tahun sebelumnya
agar terbiasa dengan bentuk dan materi soal/pertanyaan SNMPTN
3. Ikutilah beberapa kali Try Out jauh sebelum
SNMPTN yang diselenggarakan oleh penyelenggara Bimbel agar dapat mengukur
kemampuan dan meningkatkannya.
4. Jawablah pertanyaan matapelajaran yang diujikan,
jangan ada satu matapelajaranpun yang dikosongkan, jika ini dilakukan maka akan
masuk pada NILAI MATI, yang dapat dipastikan tidak lolos
5. Jawablah soal yang yakin dapat dijawab dengan
benar, walaupun hanya 1 atau 2 soal sekalipun. Jangan bernafsu untuk
menjawab seluruh pertanyaan tapi tidak yakin bisa menjawab dengan benar.
Berdasarkan pengalaman peserta dari yang Lolos SNMPTN tahun-tahun
sebelumnya, justru di hanya menjawab 1, 2 atau 3 pertanyaan dari setiap mapel,
tapi yakin benar.
6. Jawablah soal yang paling mudah terlebih
dahulu. Jangan habiskan waktu mengutak-ngatik soal sulit hanya
karena penasaran. Jawablah soal seperti anda mengisi teka teki silang.
Setelah mengisi yang mudah biasanya akan muncul inspirasi jawaban soal yang
sulit yang tadinya dilewat.
7. Pahami mata pelajaran pendukung program studi yang
dipilih. Misalnya anda memilih program studi Teknik Sipil maka
matapelajaran pendukungnya adalah matematik dan fisika. Upayakan nilai tes
Matematik dan Fisika tinggi.
8. Carilah informasi
jumlah pendaftar dan daya tampung pada program Studi yang dipilih di
tahun-tahun sebelumnya sebagai gambaran jumlah pesaing dan memprediksi
ranking. (biasanya jumlah pendaftar tahun sebelumnya nggak terlalu jauh
berbeda). Misalnya disini
9. Walaupun tidak ada passing grade, namun perlu
diperoleh informasi skore total (TBSP +TPA) yang dapat diterima di Program
Studi yang dipilih dan bandingkan dengan hasil try out jika masih dibawah
tingkatkan kemampuan samapai melebihi skore minimal Program Studi yang dipilih.
10. Jika ternyata Skore beberapa Try out
tidak mampu melampaui nilai minimal, sudah saatnya mempertimbangkan untuk
mengalihkan pilihan program studi atau PTN yang “passing grade”nya
lebih rendah.
11. Ikutilah SNMPTN dengan tenang dan tidak menjadi
beban berat yang seolah-olah jika tidak diterima SNMPTN masa depan atau
reputasi anda hancur…!
Semoga berhasil !
Dah tahukan Guys, Makanya Tahun depan mari kita
harapkan semua siswa siswi sma insan madani lulus 100% SNMPTN Amienn. Dan
kakak-kakak tahun ini lewat 100% SBMPTN. Amienn juga
Jadikan kegagalan kemarin
BalasHapusMenjadi pelajaran untuk selanjutnya (y)